Seni Barongan Kudus


Menurut sebuah cerita turun temurun, seni barongan berasal dari desa barongan kudus. Hal tersebut diyakini berdasar asal usul desa barongan sendiri, dengan cikal bakal desa yaitu Kyai Mbah Barong. Konon dimakamkan di bawah gerumbulan tanaman bambu ( pring_red ) yang berarti " barong ". Mbah Barong, menurut tutur yang beredar di sekitar desa barongan, memelihara seekor harimau yang sering diajak bermain oleh para santrinya. Sehingga pada zaman Mbah Sunan Kudus, kesenian barongan sering dimainkan juga selepas sore sambil menunggu magrib tiba.

Menurut seorang pengamat budaya kudus, Benuk Ibnu Haris, barong kudus berbeda dengan barongan di daerah lainnya. Yaitu bentuk barongan kudus, yang dikatakan mengadopsi tekstur tubuh macan ( harimau_red ) muria. Macan muria adalah harimau khas daerah pegunungan muria, yang bertubuh agak kecil memanjang ( hampir mirip seekor kucing, namun agak besar ) dengan motif loreng tipis memanjang.

Mengapa barongan kudus semakin kehilangan banyak penggemarnya?
Mungkin pergerakan sebuah budaya memang seperti itu. Hukum. Ya, mungkin itu adalah sebuah hukum. Dimana ketika sebuah tradisi dikatakan sudah tak mampu menghidupi pelaku dan masyarakatnya ( dalam hal manfaat ), maka ia akan tersingkir dengan sendirinya. Apalagi seiring berjalannya waktu dan berubahnya zaman, dimana diyakini juga turut mengubah pola pikir orang - orang pada satu masyarakat tersebut.
Satu contoh, ketika seni Barongsai mampu menyedot perhatian banyak orang dengan berbagai atraksinya dan gerlap busana serta aksesorisnya, maka barongan semakin tenggelam dengan ke-ilmu-an yang tetap dijaga oleh para pelakunya tentang hidup dan kearifannya.


Pertunjukan Barongsai mampu mengubah suasana sunyi menjadi hingar bingar bunyi - bunyian yang mengiringinya. Gerlap busana yang dipakai mampu membabat habis batas penglihatan orang - orang disekitarnya. Namun Barongan tetap asyik bersujud pada kebijaksanaan alam nyata dan tak nyata, dan ageman-nya menyuarakan kesahajaan para pribumi. Yang hangat dengan tutuk kenong dan selompret barongan yang khas, juga wirid laku si macan, yang dikatakan sebagai simbol ke-angkara murka-an dan hawa nafsu yang ada dalam setiap diri dan harus dan wajib ditundukkan.
Banyak cerita yang mengalir begitu saja tentang barongan kudus, terutama kasak kusuk masyarakat itu sendiri yang tentu saja bisa membangun sebuah opini.


Share on Google Plus

About muhammad sholikhan

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

2 komentar:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar, mohon tidak menuliskan SARA