Bagi masyarakat Kudus, nama dr Lukmonohadi memang bukan nama yang asing
karena telah dijadikan nama sebuah jalan protokol yang ada di Kudus.
Namun, siapa sebenarnya Lukmonohadi dan bagaimana kiprahnya
perjuangannya bagi bangsa dan negara, masih sangat sedikit masyarakat
yang mengetahuinya.
”Beliau adalah dokter pribumi pertama yang menjabat sebagai kepala rumah
sakit Kudus sejak sebelum Indonesia merdeka,” kata Iskandi Latifah, anak
Lukmonohadi yang sudah berusia 80 tahu
Dengan sedikit terbata lantaran usia yang sudah lanjut, Iskandi kemudian
menuturkan bagaimana kiprah ayahnya saat dipindah ke Kudus untuk
menjabat kepala rumah sakit kala itu. Tidak hanya menjalankan tugas
kedinasan saja di rumah sakit, namun Lukmonohadi dikenal tanpa pamrih
mengobati siapa saja warga yang membutuhkan.
”Selain di rumah sakit, papi juga berkeliling ke klinik yang ada di
pelosok-pelosok. Tak hanya itu, papi juga tak pernah menolak ketika ada
warga yang membutuhkan pengobatan kapanpun,” ujarnya.
Lantaran kondisi ekonomi masyarakat yang sulit saat itu, seringkali jasa
Lukmonohadi dalam mengobati pasien, diberi imbalan dengan hasil panen
berupa sayuran, beras, maupun buah-buahan.
Diculik PKI
Namun, pengabdian Lukmonohadi dalam melayani kesehatan masyarakat
berakhir ketika 30 September 1948, tiga orang pemuda datang ke rumahnya.
Saat itu, tiga pemuda tadi memberitahukan Lukmonohadi untuk mendatangi
undangan rapat.
Namun, sejak itu kemudian Iskandi dan keluarganya tidak pernah melihat
lagi Lukmonohadi. Baru pada 22 Oktober 1948, ada kabar yang cukup
menyakitkan ketika jenazah Lukmonohadi ditemukan di hutan Trangkil
lantaran dibunuh oleh gerakan pemberontak PKI pimpinan Muso. ”Sejak itu,
kami sekeluarga harus hidup dalam kesusahan. Syukur, atas bantuan
teman-teman papi, mami bisa bekerja sebagai perawat di beberapa rumah
sakit,” tandasnya.
Kini, setelah puluhan tahun berlalu, dari lima anak Lukmonohadi, hanya
tiga orang yang saat ini masih hidup. Bahkan, beruntung perjuangan
Lukmonohadi dalam bidang kesehatan, diteruskan oleh cucu-cucunya. ”Anak
saya dua orang menjadi dokter meneruskan perjuangan eyangnya,” katanya.
Iskandi mengaku sangat berterima kasih pada Pemkab Kudus yang berencana
mengabadikan nama ayahnya sebagai nama RSUD Kudus. Ini tak lepas dari
telah diangkatnya Lukmonohadi sebagai salah satu pahlawan nasional,
serta atas pengabdiannya pada pelayanan kesehatan di Kudus.
Namun, ada satu harapan keluarga yang hingga kini belum terwujud adalah
keinginan untuk memindahkan makam Lukmonohadi di pemakaman Krapyak ke
Taman Makam Pahlawan Kaliputu. ”Kami berharap pemkab Kudus bisa
merealisasikan hal tersebut,” katanya. (sat/red)
Sumber:
http://www.kudusnews.com/main/read/1/news/135/dr-lukmonohadi-pejuang-kudus-yang-terlupakan
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete